Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Melarikan diri ?


[Artikel 13#, kategori Amir] Mengapa manusia melarikan diri? Saya coba tanya ke Google, hasilnya tidak ada yang sesuai apa yang saya inginkan. Segitu terjerembab kah? Perasaan yang dialami seseorang sampai - sampai mereka lupa makna memperbaiki diri sebagai manusia.

Entah kenapa dejavu kembali lagi menghantui perasaan saat ini. Saya bukan orang jahat, atau orang yang suka memainkan kekuasaan layaknya sebuah film di televisi. 

Saya hanya sedang tidak terima dengan keadaan di mana seseorang terlibat di dalamnya. Marah, benci dan pergi. Seperti titik nadir yang akhirnya meluap karena keseringan terbebani. Pecah, gemuruh dan lusuh.

Melihat ketidaknyamanan yang dirasa dan mengatakan berkali - kali bahwa itu salah, tidak membuat pikiran yang disampaikan dapat diterima. Keadaan terus berulang - ulang dilakukan. Yang ada, saya berubah menjadi Hitler seakan menjadi pemimpin yang ditakuti dan kejam.

Keadaan ini pernah saya alami pada momen tertentu. Saya menjadi biduk yang digeser sana sini mengikuti kemauan sang Raja. Kondisinya memang tidak nyaman. Bahkan tidur dengan kepala di atas bantal saja itu sudah mewah rasanya.

Melarikan diri mungkin jawabannya bagi mereka yang sudah tidak menemukan jawaban atas apa yang sudah dilakukan. Sebagian mungkin beranggapan bahwa itu dapat menyelesaikan masalah. Setidaknya, melepaskan beban karena merasa tersakiti.

Bagaimana dengan saya? Tidak pernah bermaksud menjadi jahat malah akhirnya membuat sakit hati orang yang mengaku paling berbakti.

Sedih, dan sepertinya saya mulai berhenti berbicara tentang apa yang namanya kata baik tersebut. Baik memang sangat berat sekali dijadikan bagian dalam kehidupan ini. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun

I Will Never Let You Go, Drama China Kolosal Tentang Putri Pengemis dan Pangeran Bertopeng