Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Dejavu, Apakah Makna Kali Ini Buat Saya?


[Artikel 27#, kategori Causeway] Percaya nggak percaya, saya merasakan sesuatu yang berulang kembali. Padahal saya sudah optimis mengarungi tahun 2018 dengan penuh rasa percaya diri. Mungkin ini takdir yang memang harus saya jalani sebagai manusia. 

Saya berharap tahun depan saya membaca tulisan ini kembali dan melihat, apakah saya sudah menemukan jawabannya. Bila iya, saya harus menuliskan di lembaran baru sebelum membuat resolusi yang baru lagi. 

Dejavu yang saya maksud di sini adalah tentang kehidupan sehari-hari dengan orang-orang rumah. Tulisan saya tentang tuan rumah sebelumnya mungkin bisa menggambarkan apa yang saya pikirkan. 

Ada banyak orang yang tinggal kini di rumah, dan orang baru ini mengingatkan saya beberapa tahun silam bahwa saya pernah bersama mereka, meski bukan orang yang sama. Saya mengalami hal sama seperti sekarang.

Polanya sama. Teman si tuan rumah. Orang-orangnya selalu menyenangkan dan ramah. Mereka sangat mirip beberapa orang layaknya menyaksikan tim sepakbola kesayangan, Manchester United. 

Selalu ada pengganti untuk posisi yang sama. Dan mereka hadir seperti mengisi kekosongan dari pemain yang beberapa kali mengisi tempat kosong tersebut. Aneh, pikir saya. Tapi ini benar-benar terjadi.

Saya sampai beranggapan bahwa saya dulu pun pernah mengisi posisi tersebut di awal perkenalan dengan si tuan rumah. Semuanya persis dan saya jadi merasa bersalah karena ini. 

...

Bila harus memilih antara keramaian dan kesunyian, saya pasti memilih kesunyian yang membuat perasaan saya lebih tenang dan tidak merasa khawatir tentang apa yang terjadi. 

Semoga durasi mereka menjadi tuan rumah tidak lama seperti apa yang saya perbuat. Soalnya selain saya yang menjadi sangat bersalah, saya juga malah bawa masalah di rumah ini dengan menaruh orang yang sama.

Saya tahun ini benar-benar khawatir dengan kondisi ini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun

I Will Never Let You Go, Drama China Kolosal Tentang Putri Pengemis dan Pangeran Bertopeng