Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

[Aktivitas] Bertemu Ruben Onsu di Semarang Thal Cake


[Artikel 52#, kategori aktivitas] Selalu menyenangkan bisa bertemu publik figur, apalagi artis. Meski saya bukan fans dan mengidolakan dia dalam deretan artis favorit, saya tetap saja antusias bila melihat dari dekat. Bulan Juli ini, saya bertemu Ruben Onsu di Semarang yang kebenaran saya mendapat kesempatan untuk hadir dalam pre-luanching bisnis oleh-oleh kekinian yang baru dirintisnya.

Saya sangat bangga ketika mendapat undangan untuk hadir sebagai dotsemarang, yang artinya mewakili profesi saya sebagai bloger. Kesempatan yang saya pikir harus diambil rupanya ada konsekuensi yang lupa saya katakan diawal. Saya tahu, menjadi orang baik itu tidak mudah. Saking baiknya, saya malah baru tahu jika acara seperti ini ada feedback yang bisa saya dapatkan dari sekedar bingkisan berupa kue saat pulang.

Cinta Semarang

Dengan bersepeda saya tiba saat kursi-kursi masih tak berpenghuni alias sepi. Karna tempatnya baru, saya juga harus tahu diri bahwa keringat yang ada ditubuh harus dibersihkan. Untunglah, lokasi tempat Ruben buka ini berdekatan dengan pombensin. Saya menggantinya di sana.

Perlahan tapi pasti, teman-teman bloger mulai berdatangan. Bukan hanya kami, undangan ternyata disebar ke beberapa komunitas dan bahkan Foodgram yang sedang naik daun beberapa tahun belakangan. Saya menyukai antusias ini, terutama di era media sosial.

Yang ditunggu akhirnya datang. Selain pejabat yang saya catat dalam keterlambatan bila datang ke sebuah acara, artis sepertinya juga harus saya tambahkan. Saya tak mengerti mengapa undangan yang diberikan tertera jam yang mirip karet. Seharusnya panitia atau penyelenggara bisa memprediksi ini dengan benar.

Ruben mulai mengambil alih suasana yang begitu ramai. Tanpa basa-basi, MC langsung memulai acara dan bertanya apa alasan dia membuka bisnis kue ini di Semarang yang dinamakan Semarang Thal Cake. 

Yang saya tangkap adalah Ruben menemukan cintanya di Semarang. Cerita cintanya yang akhirnya melahirkan putri cantik yang kemudian nama sang putri pun diambil untuk dijadikan inspirasi nama bisnisnya.

Sejarah cerita mereka memang menarik. Saya jadi iri rasanya yang selalu mengatakan cinta Semarang tapi tak bisa berbuat apa-apa hingga kini. Alasan Ruben selengkapnya sudah saya posting di blog dotsemarang. Silahkan klik di sini untuk melihat videonya.

Ruben tetaplah Manusia

Bila dalam hubungan fans dan artis, si fans yang setia melayani si artis, maka tidak kali ini bagaimana Ruben melayani undangan yang hadir secara langsung. Kue-kue yang sudah disediakan, langsung dibagikan Ruben kepada kami. Dan itu sangat menyenangkan, terlepas dari nikmatnya rasa kue gratisan yang dimakan.

Ruben tidak istimewa kali itu bila melihat statusnya sebagai selebriti tanah air. Namun karna aktivitasnya ini, saya tahu bahwa Ruben juga manusia yang memasukkan unsur marketing dalam merangkul orang-orang yang punya kelebihan memanfaatkan media sosial.

...

Saya menyukai kue yang diberikan saat acara dan saat pulang (membawanya). Jarang sekali, saya mendapat feedback dengan kue seperti ini. Semacam di luar kebiasaan untuk saya.

Beberapa hari kemudian, saya dapat kabar tentang feedback yang ternyata lebih besar dari sekedar kue. Wah, saya kecele. Pelajaran berharga buat saya hari itu tentang bagaimana dedikasi tinggi mampu dikalahkan oleh orang-orang yang mau ambil bagian untuk berkompetisi.

Ironi memang dan saya akui, menjadi orang baik masih sangat sulit buat saya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh