Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Waktu yang Kamu Buang


[Artikel 22#, kategori Causeway] Nanti kalau kamu baca ini, saya berharap kamu tidak menyesal dengan waktu yang semakin sedikit. Waktu itu menurut saya ibarat wanita bertangan besi. Mereka terus berjalan tanpa henti dan meninggalkan kamu tanpa perasaan sedikitpun. 

Ketika kamu menyia-nyiakannya, jangan harap kamu bisa memutarnya kembali seperti bayangan film - film yang selama ini kamu tonton.

Waktu mengajarkan kita lebih dewasa. Bagaimana ia membuat kamu belajar menghargai, konsisten, percaya dan bersenang - senang saat kamu bisa mengaturnya. Waktu juga membuat kita nyaman dengan janji - janji bertemu banyak orang. Gak kebayang, kalau di dunia ini waktu tiba - tiba berhenti. Apakah kamu masih bersikap tidak menghargainya.

Ketika pagi datang, saat sang waktu memberi kesempatan buat manusia bekerja dan berkarya, kamu malah pergi dari sisinya. Kamu masih egois dengannya. Kamu menganggap ia hanyalah bantal yang buatmu terlelap dan bangun saat semua sudah lelah.

Ketika malam tiba, waktu adalah pelayananmu. Ia memberikan kebebasan hidup yang selama ini kamu banggakan. Ia kamu suruh diam ditengah keheningan malam, menemanimu dan melayanimu. Mirip dengan wanita yang selalu tahu dirimu.

Sekarang, mungkin kamu tak melihat waktu mengeluh padamu. Marah atau membencimu. Namun kamu harus sadar bahwa waktu sama seperti wanita yang banyak meninggalkanmu. Bedanya, wanitamu masih punya perasaan. Sedangkan sang waktu terus berjalan tanpa perasaan.

Saya harap suatu hari kelak, kamu tak menyesal pada sang waktu.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Jalebi, Film India Tentang Indahnya Cinta Bila Bisa Melepaskannya