Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Wisuda yang sempurna


[Artikel 21#, kategori Causeway] Akhirnya perempuan paling cantik di keluarga ini mendapatkan gelarnya setelah berjuang keras beberapa tahun kuliah jurusan kedokteran. Paling membanggakan selain toga dan ijazah yang ia dapatkan adalah suami dan anak yang menemani. Sungguh itu pengalaman spiritual yang bakal dikenang selalu seumur hidup.

Saya sedang membicarakan adik kedua Difa. Perempuan cantik ini telah diwisuda kamis kemarin (27/4). Saya turut bangga dan senang meski harus saya akui sangat jarang mengucapkan selamat. Baik buat si bungsu maupun si dia. Entah kenapa, mulut saya selalu terkunci meski kami tinggal 1 rumah. Tapi biarlah, mereka pasti mengerti.

Sebuah kebanggaan

Saya akui ngambil jurusan Kedokteran itu pasti lama selesainya. Memang ada sebagian yang selesai pada batas waktu yang ditentukan pihak kampus, tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan.

Makna keluarga yang lebih dalam melewati momen kebahagiaan dan rasa bangga yang tercampur menjadi satu seperti mengaduk adonan kue. Perempuan mana yang tidak akan bangga saat mendapatkan gelar, didampingin keluarga kecil mereka dan plus, kedua orang tua. Sebuah kebanggaan buat mereka yang sudah berpasangan. 

Perjuangan belum berakhir

Biarkan dia yang menikmati momen indah tersebut. Saya hanya mengingatkan bahwa perjuangan sesungguhnya baru dimulai setelah gelar sudah disematkan. Realita kehidupan bakal menjadi tantangan tersendiri buat keluarga kecil mereka. Tapi saya yakin, dia pasti bisa mempertahankan semuanya.

Gambar ilustrasi Google

..

Sekali lagi saya turut bangga dan senang berada di momen ini. Jangan pikirkan kami, para pria yang belum menyelesaikan tugas dan bertahan pada ego keras bahwa hidup tak mudah. Yang memiliki pasangan saja belum selesai, bagaimana dengan saya yang harus memikirkan orang lain untuk hidup lebih nyaman setiap hari.

Saya berharap 2-3 tahun lagi saat membaca ini, mereka merupakan panutan banyak perempuan muda yang memiliki mimpi indah tentang wisuda yang sempurna. Kamu boleh memilih tentunya, ingin berkeluarga dulu sambil menyelesaikan tugas akhir. Atau menyelesaikan tugas akhir baru berpasangan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh