Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Punya Pasangan Itu Menyenangkan


[Artikel 23#, kategori Pria 30 Tahun] Itu pendapat saya yang tahun ini memasuki usia kepala 31. Makanya perempuan, terutama mantan - mantan saya entah yang mana, gak mau berlama - lama hidup sendiri. Mereka mungkin sadar bahwa mereka merupakan manusia yang mudah terluka bila sendiri. Foto di media sosial yang menaruh wajah mereka berdua bersama pasangan bahkan mengalahkan rasa bangga seorang prajurit yang mendapat bintang penghargaan.

Punya pasangan itu seperti menjalani kehidupan yang seutuhnya. Kita bisa semangat, tersenyum bahagia dan kadang menangis serta marah. Berbeda dengan hidup sendiri meski ada sebagian kecil manusia yang mampu bertahan, hidup seakan keras seperti cangkang kura kura. Tapi pas disentuh bagian dalamnya? Sangat lembut. Dan bisa mengigit bila si pemilik cangkang merasa terusik.

Orang yang punya pasangan, menjalani hidup penuh keseimbangan. Selalu ada dorongan untuk saling membantu sama lain. Setidaknya, ada tempat bersandar ketika lelah karena merasa diatur-atur.

Selain Tuhan, tempat kita mengadu dan ortu serta keluarga dan tempat bersuka cita, pasangan juga adalah tempat penting yang mau mendengarkan meski kadang usil dan jengkelin. Suara yang terdengar dikuping rasanya seperti minuman es teh manis saat berada di gurun pasir.

Punya pasangan membuat seseorang belajar dari yang tidak tahu apa-apa menjadi tahu segalanya. Makanya saya sempat heran ketika melihat adik sahabat saya, yang biasanya lebih banyak diam di kamar, kini sibuk di dapur. Mungkin butuh perjuangan untuk menaklukkan diri sendiri, tapi ia sudah mencobanya.

Punya pasangan itu menyenangkan, jadi jangan lelah mencintai pasangan, baik dalam keadaan suka maupun duka. Pasangan membuat kita, pasangannya, bisa melakukan hal-hal yang tak pernah kita duga. Makanya berilah cinta ketika mereka merasa hampa. 

Jangan menuntut meski kita punya hak. Jangan membenci ketika dia merasa benar. Karena bila semua menganggap benar dan mengatakan sudah cukup di sini, kamu akan masuk ke dalam golongan orang yang membutuhkan cinta dan kasih sayang.

...

Sebagian orang mendambakan pasangan meski dalam hati terdalam tidak membutuhkan. Apalagi terobsesi dengan pekerjaan dan berbakti pada keluarga.

Bohong bila tidak ingin berpasangan karena Tuhan sudah mengaturnya. Saya sangat berharap tahun lalu menemukan seseorang. Bisa mendengar apa pun yang ia bicarakan. Dan tahun ini, sepertinya saya tak akan berusaha mengejar untuk mendapatkan pasangan.

Saya ingin bekerja dan bekerja. Saya akan membohongi diri sendiri tentang keinginan berpasangan. Jadi tetaplah berpasangan meski maut memisahkan. *kok bagian akhirnya serem amat.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh