Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Lebih Banyak Memikirkan Diet


Hanya persekian detik, saya dapat melihat keindahan yang terpancar dari wanita yang ada di depan saya saat sedang mengayuh sepeda. Butuh keberanian memandang pesona dari mata hingga bibir indahnya. Sangat indah, dan tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

Tapi, saya memilih mengakhiri dan menunduk pergi. Tidak mungkin jatuh cinta pada momen seperti ini. Saya masih ingat tentang diri saya yang masih belum percaya diri.

Tinggal hitungan hari, kita akan melaksanakan ibadah puasa. Alhamdulillah, saya masih dipertemukan bulan suci ini. Meski saya tak pernah melaksanakan dengan sebaik mungkin. Ada saja halangan yang membuat puasa saya batal.

Soal Diet

Saya sadar umur yang tidak remaja lagi membuat gerak tubuh saya melambat. Ditambah rutinitas menulis blog yang mau tidak mau membuat saya sangat betah berdiam lama di kursi duduk. 

Setahun belakangan, saya lebih banyak bicara diet kepada orang rumah. Alasannya, saya tidak ingin diusia saya nanti diatas 30 tahun perut saya buncit. Memang buncit adalah identik dengan makmur, tapi saya belum menuju sampai sana.

Karena diet, saya sudah terbiasa makan sekali setiap hari. Karena diet juga, semangat bersepeda saya juga cukup tinggi. Selama puasa sepertinya saya terpaksa mengubah jam bersepeda saya yang biasa pagi menjadi sore.

Karena diet, saya banyak meminum vitamin maupun obat lainnya. Saya berpikir bahwa tubuh saya tidak akan mampu menyerap banyak serat atau vitamin tanpa obat-obatan tersebut hanya dengan mengandalkan satu kali makan sehari.

Benar-benar menjaga kesehatan

Saya harus menjaga berat badan, detak jantung dan jam tidur saya. Semuanya itu untuk menjaga kesehatan otak saya yang sudah saya ibaratkan sebagai prosesor dalam komputer. 

Bagaimana saya bisa menulis blog kalau otak saya ini tidak berfungsi dengan baik. Memang butuh semangat, namun kadang semangat saja tidak cukup. Ditambah era kompetisi dimana setiap hari lahir media yang kurang lebih sama. Disini saya dituntut untuk selalu tampil berbeda.

Bagaimana saya menjaga semuanya (berat badan, detak jantung dan jam tidur)? Dengan diet. Bersepeda membuat saya memberi kekuatan pada jantung dan memangkas lemak pada pinggang dan perut. Karena lelah beraktivitas pagi hingga sore, tidur merupakan obat penyembuh agar otak saya bergenerasi kembali. Intinya, semakin tua umur, saya semakin menjaga kesehatan.

...

Soal wanita yang ada diparagraf awal, saya melihatnya saat bersepeda seperti biasa pagi hari. Saya ingin menyapa tapi takut ditanya siapa? Ya memang. Namanya juga ingin kenalan.

Tapi saya punya misi, menjaga diet dan membakar kalori di pagi hari. Bagaimana saya bisa berkenalan dan bertatap wajah. Itu hanya di drama Korea dimana dua manusia dipertemukan pada pandangan pertama.

Andai ia membaca ini, apakah ia akan menerima saya. Atau jangan-jangan hanya tertarik dengan sepeda lipat yang saya gunakan. Ah, mbuhlah.

Umur 29 tahun sebagai pria yang ngomongin diet itu memang menggelikan. Apalagi melihat banyak pria sukses di usia ini dan bergandengan tangan dengan pasangan. Hidup memang sebuah pilihan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Deserving of the Name, Drama Korea Tentang Dokter Modern dan Dokter Oriental (Akupuntur)

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh