Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Tentang Orang Tua Generasi Milenial


Saya tidak mengira kehidupan saya saat ini berada diantara orang tua yang hidup di generasi milenial. Generasi yang lahir di awal tahun 1980-an hingga 1990-an. Generasi yang katanya identik dengan gadget.

Lagi, tiba-tiba saja saya tertarik membahas sesuatu yang sudah ada di portal online. Ya, itu menarik. Makanya ingin dibahas. Dan alasan lainnya, lebih karena sekitar saya ada hal begini.

Mengenal orang tua generasi milenial

Situs yang jadi rujukan postingan ini adalah beritagar.id dengan genre lifestyle-nya. Kontennya membuat saya tertarik untuk ditaruh di blog pribadi saya ini.

Ngomongin soal orang tua yang menjadi generasi milenial ternyata sangat mudah ditemukan. Terutama di mal-mal, dan akun media sosial. Untuk akun media sosial, mereka benar-benar aktif berbagi tentang bayi-bayi mereka. *Padahal beberapa kasus ada yang berbahaya karena aktivitas tersebut.


(Copas on)


Berdasarkan hasil penelitian yang dilansir BabyCenter, sebanyak 4 dari 5 orang tua membiarkan anak mereka menggunakan gawai, bahkan 71 persen anak sudah memiliki sabak (tablet), sendiri. Bukan meminjam milik orang tuanya.

Paparan penelitian ini juga diperkuat oleh Pemimpin Redaksi BabyCenter, Linda Murray yang berpendapat bahwa orang tua milenial atau generasi Y merasa nyaman dengan kondisi anak-anak yang gemar menggunakan teknologi. Ironisnya, 1 dari 10 orang tua tidak memantau penggunaan gawai pada anak, bahkan 2 dari 5 anak usia di atas 9 tahun diberikan akses tak terbatas ke internet tanpa pengawasan apapun.

"Bagi orang tua seribu manfaat teknologi jauh lebih besar daripada risiko. Kebebasan dan kepercayaan telah menggantikan rasa takut dan kontrol atas penggunaan gawai pada anak," kata Murray.

Ini tentu bukan hal mengejutkan. apalagi di tengah perkembangan teknologi dan internet, serta maraknya media sosial memicu muncul dan berkembangnya generasi Y. Generasi Y adalah generasi yang lahir di awal tahun 1980-an hingga 1990-an.

Ciri generasi ini, seperti dikutip dari laman Tempo, lebih senang mementingkan citra daripada fungsi. Ini mengapa orang tua milenial gemar menggunakan gawai, untuk mencari informasi hingga berbagi informasi sampai seputar kehidupan pribadi.

Mereka yang masuk dalam generasi milenial memiliki ciri yang berbeda dari generasi pendahulunya, seperti dilansir Popsugar, yaitu tak bisa lepas dari internet, memiliki rasa optimisme dan tingkat kepercayaan diri yang tinggi dan memiliki pendidikan di atas rata-rata.

Memang salah satu tanda orang tua Generasi Y ini, mereka ingin anak-anak terlihat unik dan istimewa. Tidak heran jika, banyak orang tua generasi ini gemar mengunggah foto anak-anak mereka di berbagai aktivitas dan kesempatan di media sosial. Bahkan proses persalinan yang dialami ibu dibagikan melalui media sosial. Hampir setiap momen kerap didokumentasikan dan diunggah.

Majalah TIME edisi Mei 2013 "Me Me Me Generation," ikut menyorot dengan stereotif bahwa genarasi milenial ini malas, narsis dan bergantung dengan orang tua walau usia sudah mapan. Tapi apakah seburuk itu?

Padahal kalau menilik lebih luas, orang tua milenial memiliki tantangan cukup besar. Orang tua ditantang untuk lebih terbuka, dan tuntutan untuk mengetahui berbagai informasi. Pada pekan lalu, TIME kembali menyoroti gaya orang tua milenial dengan covernya "Help my parents are millennials"."

TIME membahas bagaimana orang tua milenial membesarkan anak. Tentang pengasuhan anak, apakah dengan metode homeschooling, ayah di rumah hingga masalah menyusui menjadi topik pembicaraan yang ramai pada orang tua milenial. Kemajuan teknologi ternyata memberikan tekanan yang tidak langsung dirasakan oleh para ibu pada generasi ini adalah, berlomba untuk menjadi ibu yang sempurna.

Hasil survei yang dilakukan BabyCenter pada bulan Februari, yang diambil dari laman TIME, memaparkan hasil survei terhadap 2.700 ibu berusia 18-44 tahun. Hasilnya hampir 80 persen ibu genarasi millenial mengatakan sangat penting untuk orang lain dapat mengetahui dan mendapat pengakuan bahwa mereka adalah ibu yang sempurna.

Hasil survei ini meningkat dibandingkan pada ibu generasi X yang 70 persen ingin menjadi ibu sempurna. Pada generasi milenial, para ibu memiliki tantangan yang lebih berat dibandingkan era sebelumnya.

Sisi Positif

Meski dianggap orang tua milenial memiliki sisi negatif, tetapi ternyata ada sisi positif yang menonjol dari orang tua milenial ini. Seperti dilansir Huffington Post, orang tua milenial memiliki rasa percaya yang tinggi dan mandiri. Tidak takut untuk membuat pilihan yang mungkin bisa menimbulkan pro dan kontra.

Namun, jika dianggap baik untuk anggota keluarga, maka para orang tua milenial ini akan tetap percaya diri pada gaya pengasuhan mereka. Orang tua milenial ini memiliki empati untuk membantu orang lain. Berbagai pengalaman hingga membantu mengatasi kesulitan orang lain yang dilakukan melalui media sosial.

(Copas off)

....

Saya sendiri sebenarnya termasuk generasi ini. Tapi belum termasuk yang berkeluarga. Mengapa saya ngepost hal ini di sini?

Mungkin karena ini terjadi disekitar saya, dan jamannya saya. Sering kali di media sosial saya melihat ibu-ibu muda memamerkan foto-foto anak mereka. Saya yakin, saat anak mereka besar pasti terkenal. Dan semoga terkenal dalam hal positif.

Buat yang membaca ini, semoga nambah informasi baru lagi. Bahwa orang tua generasi ini selalu percaya diri untuk berbagi foto keluarga khususnya anak mereka.

Sumber original klik di sini.

Artikel terkait berumah tangga:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh