Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Rumah Adalah Tempat Paling Dipercaya Anak


Ketika rumah sudah tidak nyaman lagi, ada perasaan enggan untuk pulang. Tentu ini jadi masalah bagi orang tua yang sangat mencintai anak mereka. Lalu, siapa yang salah?

Tahun 2007 adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di Semarang. Tidak terpikir bahwa akan bertahan lebih lama di kota yang terkenal dengan Tugu Mudanya ini. Perasaan kangen rumah saat ini tidak sebesar saat-saat diawal datang. 

Kutipan film

Postingan ini terinspirasi dari sebuah film, saya lupa judulnya apa? Antara film drama Korea atau movie, benar-benar hilang dari pikiran. Mungkin alasan langsung mencatat sebuah ide datang adalah agar tidak terjadi kejadian seperti ini - hilang.

Meski begitu, saya masih sangat ingat. Ini dikarenakan hal penting yang diucapkan pemerannya waktu itu sempat saya catat kalimatnya, tapi bukan judulnya. Waktu itu pemerannya sekarat kalau nggak salah.

Kejadian nyata

Keluarga saya sebenarnya baik-baik saja sebelum memutuskan pindah rumah. Karena uangnya ingin digunakan untuk yang lain, kebiasaan pindah rumah seolah menjadi kebiasaan. Sejak itu, saya sudah tidak kerasan.

Pengaruh lingkungan juga memberi efek meski saya orangnya mudah bergaul. Jadi saat sekolah - SMA dulu, mau tidak mau setelah pindah, saya harus menempuh jarak yang lumayan jauh daripada biasanya.

Anak rumahan

Bagi saya, rumah adalah tempat paling nyaman menghabiskan waktu. Saat diajak keluar sama keluarga di Semarang, saya memutuskan tinggal. Bahkan, beberapa hari lebaran, saya memutuskan tinggal sendirian di Semarang. Semuanya pada pulang ke Samarinda.

Ya, alasannya saya menyukai rumah yang ada di Semarang karena nyaman. Tidak ada gangguan, bisa jungkir balik tanpa ada yang marah, dan tanpa ada sorotan dari orang-orang. Aneh, bukan.

Apa yang ingin disampaikan?

Keluarga saya memang paling baik, termasuk kedua orang tua kandung saya. Tapi, suatu hari saat kelak menjadi orang tua juga, saya ingin membuat rumah saya terasa sangat nyaman sekali.

Agar, saat anak-anak saya keluar rumah, mereka akan kembali karena merindukan suasananya, kehangatannya dan orang-orang yang menempatinya. Memang itu harus diciptakan dengan uang, semisal tidak, apakah kehangatan masih bisa digunakan sebagai alasan.

Saya berharap kepada orang tua yang memiliki anak, ciptakan rumah dengan rasa nyaman yang membuat mereka ingin sekali pulang. Bagi mereka, rumah adalah tempat paling mereka percaya. Saat mereka sudah tidak percaya, mereka tidak akan mau pulang.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Half Girlfriend, Film India Tentang Pria yang Jatuh Cinta dan Tidak Mau Menyerah

I Will Never Let You Go, Drama China Kolosal Tentang Putri Pengemis dan Pangeran Bertopeng