Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

[Media Sosial & Cinta] Review Film Like for Likes (2016)


Film ini punya 4 cerita sebenarnya, tapi yang benar-benar dikisahkan dengan detail hanya 3 cerita. Film yang mengisahkan bagaimana sebuah hubungan terjalin dengan bumbu-bumbu media sosial sebagai penyambungnya.

Beberapa pemain sangat saya kenal banget terutama aktornya. Maklum, rasa bosan melanda yang membuat saya sering nonton film Korea. Tapi untuk aktrisnya malah nggak begitu kenal. Aih..saya benar-benar baru untuk menggemari film dari Korea ini.

Media sosial

Era media sosial sekarang ini benar-benar digandrungi masyarakat, maka tak heran lewat film Like for Likes berdurasi 2 jam ini, tren tersebut dimasukkan dan menjadi bagian penting bagaimana cerita ini dikisahkan.

Facebook dan Instagram sepertinya paling banyak dilihatkan beberapa bagian film ini. Semuanya memberi fungsi masing-masing untuk diceritakan. Seperti foto yang diunggah, bagaimana memanipulasi seseorang lewat foto dan berbagi tentunya.

Alur maju

Genre yang dibawa adalah drama romantis plus komedi. Tapi bagian komedinya nggak begitu banyak. Para pemain yang semuanya punya paras good looking sudah menutupi bagaimana kisah mereka yang berjalan maju.

Satu persatu dipertemukan. Ada 3 pria dan 3 wanita yang memiliki permasalahan sendiri. Dari waktu ke waktu, penonton seolah sudah diberitahu kemana jalannya cerita sebenarnya. Mudah ketebak tentunya.

Gambar : Google

Cerita

Like for Likes sendiri adalah film yang diproduksi tahun ini (2016). Masih seger banget rasanya untuk ditonton. Dengan bumbu asmara, ceritanya sebenarnya sudah sangat mudah ditebak. Tapi malah dibuat sulit. Semacam perjuangan untuk mendapatkannya.

Dimulai dari sebuah rumah makan, saya jadi ingat film seri soal tempat makan juga, ceritanya dimulai. Pemiliknya (Kim Joo-hyuk) merupakan pria paling senior dari kedua pria lainnya yang akan diceritakan.

Sebagai pemilik dan juru masak, ia bertemu dengan wanita cantik saat akan mengontrak sebuah rumah. Pertemuannya berlanjut hingga disaat ia naik pesawat dan si wanita (Choi Ji-woo) ternyata seorang pramugari. Persamaan keduanya adalah sama-sama single dan sudah berumur diatas 30 tahun.

Cerita kedua tentang pria ganteng dan pencipta lagu tapi memiliki kekurangan pada pendengaran. Pria ini (Ha-neul Kang) terkadang merasa minder untuk mendekati si wanita. Dan saya suka cerita bagian ini karena si wanita (Esom) yang lebih agresif.

Cerita ketiga adalah seorang artis yang dipuja-puja. Ternyata malah punya bayi dengan si penulisnya yang mengorbitkannya sebagai artis waktu dulu. Si pria (Yoo Ah In) benar-benar punya banyak masalah terutama tekanan batin apakah ingin karirnya lanjut atau mengakui bayi milik si wanita (Lee Mi-yeon). Ceritanya jadi pria muda jatuh cinta dengan wanita paruh baya.

Terakhir, meski tidak begitu banyak dieksplor, cerita si anak yang kangen dengan ibunya yang sudah bercerai dengan ayahnya adalah penyambung dari semua cerita di atas. Benang merah dalam bahasa review film biasanya.

Semua memiliki kadar konfliknya masing-masing. Bagaimana setiap permasalahan dapat diselesaikan adalah momen kesenangan sendiri bagi penonton.

Pada akhirnya, semua merasa bahagia setelah menyelesaikan satu persatu permasalahan. Cerita pria pertama, yang selalu menjodohkan wanita dengan dokter akhirnya mengakui bahwa ia menyukainya.

Begitu pun selanjutnya, pria yang punya masalah dengan pendengaran akhirnya berdamai dengan perasaannya sendiri. Terakhir, sang artis yang memilih menanggalkan kebanggaannya lebih memilih bayi dan wanitanya.


...

Bagaimana dengan si anak? Sudah dibilang, ceritanya sebagai pelengkap saja. Porsinya sedikit. Yang dapat dipetik dari film ini menurut saya adalah keberanian pria mengungkapkan perasaannya dan berjuang melawan kekurangannya.

Kadang ada wanita yang sudah agresif, pria kurang peka. Setelah mendapatkan dan pria malah jadi mundur, wanita terus memberikan harapan karena mengerti masalahnya.

Ya, perjuangan cinta pada akhirnya tetap pria yang harus pertama berusaha dan menanggalkan rasa takutnya yang berlebihan. Apakah ada yang takut ditolak? Nonton Streamingnya DI SINI.

Artikel terkait film :

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun

I Will Never Let You Go, Drama China Kolosal Tentang Putri Pengemis dan Pangeran Bertopeng