Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Membangun Bangsa Mulai Dari Keluarga


Akhirnya saya punya alasan bagus untuk berkeluarga. Alasan yang tanpa sadar mengarahkan saya ke visi hidup saya yang selama ini saya coba terjemahkan. Membangun bangsa? Apakah saya harus jadi Presiden?

Pagi setelah sholat subuh, beberapa pekerjaan saya sudah rampung. Sambil nunggu waktu berlalu buat bersepeda, tiba-tiba saya tertarik membaca. Buku yang tergeletak di meja tentang manusia berkualitas saya ambil dan menemukan halaman yang menarik berikut ini.

Lahan di muka bumi ini tidak pernah bertambah, sejak diciptakan Tuhan YME. Sedang makhluk yang mendiaminya, khususnya yang berpredikat manusia, jumlahnya cenderung terus berubah dan menjadi semakin banyak.

Untuk dapat hidup layak secara manusiawi tidak semua lahan seluas permukaan bumi dapat dimanfaatkan. Sebagian dari lahan yang ada itu terdiri dari lautan (samudera), gurun pasir yang gersang dan tidak sedikit pula yang sepanjang tahun terus menerus diliputi oleh lapisan salju.

Wilayah seperti itu bukanlah tempat yang ideal untuk bermukim, meskipun masih ditemui juga sejumlah kecil manusia yang hidup di tengah hutan belantara, di kutub yang diselubungi es/salju atau di gurun dan daerah-daerah tandus lainnya.

Dari sisi lain manusia yang membentuk masyarakat dalam bentuk bangsa yang mendiami wilayah suatu negara, pada dasarnya berarti telah memagari luas tertentu lahan yang ada di muka bumi yang diklaimnya sebagai tempat bermukim.

Dalam kondisi itu cukup atau tidak lahan yang tersedia dengan jumlah manusia yang disebut penduduk suatu negara, tidak sama antara satu bangsa dengan bangsa yang lain.

Pengertian cukup atau tidak lahan dimaksudkan bukan sekedar untuk memberikan kehidupan bagi penduduknya. Demikian pula pengertian lahan, tidak dimaksudkan terbatas pada ukuran luas tanah, tetapi juga berupa berbagai peluang untuk memperoleh penghasilan, yang memungkinkan setiap manusia yang menjadi penduduk suatu negara untuk dapat hidup layak secara manusiawi.

Tidak sedikit bangsa yang lahan dalam arti luas tanah di negaranya sangat terbatas, namun memberikan peluang yang luas bagi penduduknya untuk menikmati kesejahteraan secara material.

Sebaliknya banyak juga bangsa yang lahan sebagai wilayah negaranya sangat luas, namun tidak memberi peluang yang luas bagi penduduknya untuk hidup sejahtera khususnya dari segi material.

Kondisi seperti diuraikan di atas menggambarkan bahwa peluang untuk merebut kehidupan sejahtera secara manusiawi di lingkungan suatu bangsa atau negara, sangat dipengaruhi dan bahkan ditentukan oleh kualitas penduduknya.

Dengan kata lain di satu pihak masalah kependudukan berpengaruh pada kualitas manusia. Sedang dari pihak lain masalah kualitas manusia di lingkungan penduduk, ternyata sangat besar pula pengaruhnya pada kehidupan bangsa secara keseluruhan.

Oleh karena itulah kualitas manusia menjadi masalah suatu bangsa, terutama dalam kedudukannya sebagai sumber daya insani yang seharusnya dalam menyelenggarakan negara dan memanfaatkan semua  potensi di wilayahnya, bebas dari ketergantungan pada bangsa dan negara lain.

Dimulai dari Keluarga

Sumber daya manusia sebagai penduduk suatu negara itu bersumber dari keluarga masing-masing sebagai organisasi masyarakat yang terkecil. Keluarga tidak dapat sekedar berharap kepada negara, tetapi harus berusaha agar setiap anggotanya menjadi manusia yang berkualitas.

Harapan kepada pemerintah tidak lebih daripada adanya usaha untuk memberikan kesempatan kepada setiap warga negaranya agar dapat menjalani proses mempersiapkan diri menjadi manusia berkualitas, sesuai dengan tuntutan zamannya.

Oleh karena itu berarti usaha mewujudkan manusia yang berkualitas adalah problem keluarga, jika menginginkan setiap manusia di lingkungannya kelak kemudian hari dan bahkan sekarang ini dapat hidup layak secara manusiawi dalam kebersamaan dengan anggota masyarakatnya yang lain. Keluarga tidak boleh sekedar menunggu untuk menjadikan anggotanya sebagai manusia yang berkualitas.

Berdasarkan uraian-uraian di atas jelas mengapa kualitas manusia dipersoalkan. Dipersoalkannya masalah kualitas mmanusia karena sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas penduduk, yang akan menentukan kondisi bangsa sekarang dan di masa datang.

Di samping itu dari sudut keluarga, kualitas manusia di lingkungannya tidak saja berpengaruh dan menentukan tingkat kesejahteraannya secara material dan spiritual, tetapi juga akan berpengaruh pada berat ringannya beban masyarakat, bangsa dan negara dalam membantu warga negaranya agar dapat hidup layak secara manusiawi.

...

Setelah membaca ini saya tergugah alias termotivasi. Mungkin ini alasannya saat ditanya ingin berkeluarga. Saya akan membangun manusia-manusia berkualitas dari keluarga kecil saya kelak.

Ya tentu ini harus ada pasangan biar dapat melahirkan generasi-generasi yang berkualitas. Saya semakin yakin dengan visi misi hidup saya ini. Tak perlu menjadi Presiden atau pejabat, tapi mulai dari keluarga terkecil dahulu.

Sangat cerdas dan berwibawa untuk dikatakan, bukan! Aih... sudah-sudah jangan tepuk tangan. Dan tiba-tiba suara hati saya mengatakan, nikah? Sudah punya calon, punya rumah, pendapatan tetap? Mau makan apa anak orang? *Jleb.. Ayolah jangan hancurkan harapan saya ini. Sapa tahu ada wanita yang kelak jadi jodoh saya membaca ini. Saya yakin dia senang membaca ini dan mengajak saya *hening*.

Sumber kutipan :
Buku Manusia Berkualitas by H. Hadari Nawawi & H. Mimi Martini (hal.12)

Artikel terkait :

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun

I Will Never Let You Go, Drama China Kolosal Tentang Putri Pengemis dan Pangeran Bertopeng