Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Tiba-tiba Cemburu


Seperti apa rasa cemburu itu? Mungkin begini, melihat seseorang yang disuka di depan mata, tiba-tiba gandengan dengan pria lain. Disitu saya marah dan lebih baik pergi. Anggap saja saya apes hari itu melihat secara langsung adegan yang biasanya hanya ada di film Drama Korea.

Suatu malam dengan suasana hujan yang membuat saya tumben memakai jaket, saya baru selesai dari sebuah acara. Saya senang diundang waktu itu. Saya rela membuang waktu jam tidur saya yang selalu di bawah jam 10 malam. Apalagi acaranya yang berhubungan dengan promosi dan pemerintah.

Akhirnya 

Saya tidak sedang berbual melihat seorang wanita yang menggunakan pakaian Indonesia banget ini begitu cantik malam itu. Untunglah, saya datang dengan pakaian agak rapi daripada biasanya (celana pendek dan kaos oblong).

Pelan tapi pasti, langkahnya menghampiri saya membuat rasa gugup tiba-tiba saja membuyarkan rasa percaya diri saya. Apakah ini batas saya sebagai pria? Cantik, lebih tinggi karena sepatu hil, dan lebih mempesona.

Entahlah, apa yang ingin saya pikirkan bila ia jadi pasangan saya kelak. Saya melihatnya hari ini dulu, bagaimana esok masa depan bersamanya belum saya pikirkan. Padahal saya belum yakin sama masa depan saya sendiri.

Waktu terus berlalu, aktivitas saya tidak lagi ngetweet seperti kebanyakan. Saya mau mencoba Periscope karena tidak banyak saat ini yang memanfaatkan aplikasi ini. Mungkin karena kuota Internet yang dapat habis.

Satu adegan sebelum acara usai, tiba-tiba rasa cemburu muncul begitu saja. Aneh, mengapa saya pergi? Saya marah, kenapa? Bukankah dia bukan siapa-siapa. Apakah karena rangkulan dengan seorang pria yang begitu sempurna disisinya. Pacar, atau pasangan. Tapi itu lawan duetnya sebagai pembaca acara.

....

Saat menulis pagi ini dengan pengalaman ini, saya tahu seperti apa rasanya cemburu kembali. Dan saat itu saya sadar terlalu berlebihan karena saya sendiri.

Kalau boleh bilang, doi dan pria yang digandengnya itu sangat serasi sekali. Saya iri dan cemburu. Kira-kira kapan saya menemukan pasangan yang serasi dengan saya.

Jadi ingat film Drama Korea kemarin yang saya tonton. Pasanganmu sesuai karaktermu. Dan mencari karakter yang kurang lebih sama itu sulit. Sebagian besar yang pernah dekat pergi dengan cara menyerah.

*Ternyata Tuhan mengembalikan saya ke bumi untuk merasakan seperti apa rasa cemburu itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Deserving of the Name, Drama Korea Tentang Dokter Modern dan Dokter Oriental (Akupuntur)