Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Cinta dan sebuah Momen


Menginginkan sebuah cinta dan hubungan di awal tahun tentu dambaan semua orang yang sedang berkomitmen berjalan sendiri dari tahun kemarin (2015).  Apakah tahun baru ini para penyendiri bisa mendapatkan sang pemberi kehangatan?


Menjadi pria dengan usia tak lagi muda itu terkadang kurang menyenangkan. Apalagi jauh dari harapan bahwa wanita akan menikahi pria dengan segala atribut kesuksesannya. Memang ada yang bilang tak perlu, tapi buat saya, wanita mana yang mau makan batu sehari-hari karena rasa cintanya yang begitu mendalam.

Butuh sebuah momen

Dikala usia masih dibawah 25 tahun, saya banyak sekali menemukan momen indah. Usia yang dimana sahabat adalah keluarga sebenarnya. Mereka pendukung, mereka terhubung dan akhirnya cinta datang karena perasaan bahagia.

5 tahun kemudian, ketika umur diatas 25 tahun dan tekanan menjadi sukses adalah dorongan kuat pria menaklukkan dunia, momen itu seolah pergi. Kita tidak terhubung lagi dengan yang namanya sahabat selain ada kepentingan. Kita tak perlu bilang mereka keluarga karena semua punya keluarga masing-masing.

Momen yang hilang membuat para pria berpikir malang. Adakah cinta yang datang? Beberapa wanita didekatin dan pria sadar, mereka nggak butuh cinta. Mereka butuh wasiat masa depan. Bodohnya pria, mereka meyakini bahwa sukses terkecil adalah proposal mereka untuk mendekati wanita. Bila tidak, percaya diri yang dulunya seperti perampok hanya menjadi pecundang yang duduk didepan televisi.

Momen bukan sekedar sebuah kebutuhan, tapi karena momen banyak cinta yang didapat. Cinta lokasi, cinta sesama rekan kerja, cinta anak sekolah, cinta bos dan karyawan dan cinta yang berakhir LDR, sebelumnya bertemu dan kemudian terpisah jarak dan waktu.

Mari menciptakan sebuah momen

Bila ini sebuah rumus, maka film-film seperti drama korea, film Bollywood sebenarnya sudah memberitahu rumus tersebut. Tapi entahlah mengapa pikiran tentang cinta datang sendiri itu seperti menjadikan pria berpikir dangkal.

Pergi dari zona nyaman, depan televisi atau komputer, dan buatlah momen untuk menemukan cinta. Kita bisa mencobanya dengan cara seperti mendatangi sebuah acara, gelaran, komunitas dan sebagainya. Jadilah terlibat dan cobalah dekat dengan siapa saja. Bila itu jodoh, ia tak sungkan menyapa meski berharap seperti film drama FTV.

...

Postingan ini tertahan beberapa minggu bahkan sebelum tahun baru. Saat bersepeda, saya berpikir tentang ini. Melihat wanita yang sedang dilewati dan mereka tidak kenal kita, itu bukan cinta namanya. Harus ada sebuah momen yang membuat komunikasi kita tersambung.

Tahun ini adalah tahun usia saya ke-30. Bila momen itu datang, saya berharap tidak terlempar keluar dari permainan. Karena sesungguhnya saya mentargetkan semuanya tahun ini.

Buat para pria, tentu kesempatan tidak datang kedua kali. Mari mencari momen tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh